Cerita Teman Bagaimana Perusahaannya Bertahan di Tengah Pandemi COVID-19

Ilustrasi berbincang dengan teman (pexels.com)


Saat hendak pulang dari kantor sore ini, persis di depan pagar kantor, bertemu dengan seorang taman lama yang dulu sempat menjadi rekan kerja. Kini dia sudah pindah ke televisi sebelah yang merupakan televisi Jakarta yang berjaringan ke daerah. Saya cukup jarang bertemu langsung, hanya melihat konten-konten YouTube seputar kesehariannya sebagai seorang anak rantau di Kalimantan Barat.

 

Saat bertemu, tanpa basa-basi dia langsung bertanya mengenai channel YouTube yang sedang saya kembangkan. Saya jawab saja masih berproses dan mulai agak sedikit jenuh membuat konten dan mengupload. Dia pun memberikan motivasi kepada saya untuk terus membuat konten dan menguploadnya ke YouTube. Saya jawab saja, saya sedang mengumpulkan energi dan coba memulihkan semangat.

 

Selain membahas channel YouTube yang sedang kami kembangkan, teman saya ini juga menceritakan bagaimana perusahaan media tempatnya bekerja bertahan di tengah hantaman pandemi COVID-19. Dia mengatakan, berbeda dengan kebanyakan perusahaan lainnya, saat pandemi ini perusahaan tempatnya bekerja tidak mengurangi atau mem-PHK karyawan. Bahkan karyawan-karyawan yang ada terus dipertahankan. Selain itu, penggajian juga tetap berjalan seperti biasa tanpa ada keterlambatan. Saya bertanya, bagaimana bisa? Kemudian dia menjawab, selama pandemi COVID-19 ini perusahaannya mengandalkan pendapatan dari YouTube. Dia mengatakan, pendapatan dari YouTube yang mencapai triliunan rupiah mampu menutup biaya operasional termasuk membayar gaji karyawan dan kontributor di seluruh Indonesia. Ditambah biaya kerjasama iklan dan lain sebagainya.

 

Selain dari kantor pusat, menurut teman saya ini, seluruh biro di daerah juga diminta membuat channel YouTube dan mengupload berita dan program yang dibuat di daerah ke channel tersebut. Untuk memotivasi biro-biro, setiap bulan ranking jumlah subscriber ditampilkan, sehingga membuat seluruh biro terus berlomba-lomba untuk meningkatkan subscriber dan pandapatannya dari YouTube. 


"Karena jika berada di bawah yang lain pasti merasa malu," katanya.

 

Mendengar cerita itu, saya hanya berharap bisa ikut menerapkannya di perusahaan tempat saya bekerja. Hanya saja tantangannya saat ini adalah harus ada admin atau orang yang mengerti mengelolanya bukan sekadar mengupload. Karena berdasarkan cerita teman ini, khusus untuk YouTube memang ada bagiannya sendiri. Bagian itulah yang bertugas untuk membuat konten semenarik mungkin dan memviralkannya. Biro-biro di daerah juga diajarkan bagaimana membuat konten YouTube menarik termasuk thumbnail atau cover depan video dan lain sebagainya.

 

Suka tidak suka, YouTube saat ini adalah platform digital yang banyak dikunjungi oleh masyarakat di seluruh dunia. Jika dimanfaatkan dengan baik dan positif, platform ini bisa mendatangkan keuntungan bagi yang aktif mengupload video ke dalamnya. Semoga saja saya dan anda ke depan menjadi satu di antara yang sukses ber-YouTube. Amin.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama